Sultan Abdurrahman Sumenep: Politik Ajala Sotra Melawan Devite Et Impera Belanda

- Kamis, 24 November 2022 | 06:30 WIB
Sultan Abdurrachman Sumenep: Politik Ajala Sotra Melawan Devite Et Impera Belanda (dok.takadajeda)
Sultan Abdurrachman Sumenep: Politik Ajala Sotra Melawan Devite Et Impera Belanda (dok.takadajeda)


PojokMadura - Adipati-adipati di Indonesia pada zaman itu, karena kurangnya rasa persatuan dan kesatuan mudah sekali diadu domba oleh Belanda.

Sultan Abdurrahman Sumenep sangat terpukul dengan ditangkapnya Kanjeng Kyai Adi Pati Suraadimenggala beserta R. Saleh Nataadiningrat yang sama-sama diberhentikan dari jabatan Adipati.

Sosok Sultan Abdurrahman dalam menghadapi penjajah melakukan politik yang disebut “ajala sotra”, yaitu jenis taktik dan siasat, untuk melawan politik : “Devide et Impera"nya pemerintah kolonial stelsel, dari Belanda.

Baca Juga: Ini Dia 7 Elemen Hari Lahirmu yang Menunjukkan Sifat dan Karakter, Cek Selengkapnya!

Pasalnya, politik ajala sotra tersebut tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa, tapi harus secara halus dan hati-hati, kalau tidak bisa, berbahaya pada dirinya sendiri.

Pada waktu Sultan Abdurrahman Sumenep, mendirikan bangunan kantor koneng mendapat teguran dari pihak Belanda : "Mengapa Sultan Abdurrahman Sumenep mendirikan Kantor Koning (kantor Adipati)", tanya orang Belanda waktu itu, meskipun kenyataannya memang sangat d larang keras.

Namun, keberanian Sultan Abdurrahman Pakunataningrat Sumenep, yang kemudian dijawab bahwa bukan Kantor Koning (Kantor Adipati) seperti yang dituduhkan, akan tetapi “Kantor Koneng” karena kantor tersebut keseluruhan temboknya dicat warna kuning.

Kantor tersebut sebenarnya sering dijadikan tempat rapat rahasia dari pejabat-pejabat tinggi termasuk komandan pasukan elit Keraton, apabila keadaan Negara sangat genting, akibat ulah dari Belanda. Kemudian setelah tercium oleh Belanda, rapat tersebut pindah keatas loteng keraton.

“Kantor Koneng" tersebut oleh Sultan Abdurrachman Pakunataningrat Sumenep, didirikan sebelah barat Keraton yang ada sekarang ini yaitu di atas tanah bekas pendapa R. T. Tirtanegara.

Pendapa itu oleh Sultan Abdurrahman Sumenep dipindah ke Asta Tinggi dengan tidak mengubah bentuk asalnya. Sesungguhnya “Kantor Koneng" tersebut ditempati khusus rapat-rapat rahasia dari para pejabat tinggi Keraton Sumenep, termasuk para komandan pasukan elit, bilaman Negara ada dalam keadaan genting.

Diceritakan R. Saleh Nataadiningrat dan Adipati Suraadi menggala pada tanggal 24 April 1830 M mereka tiba di Sumenep. Kemudian oleh Sultan Abdurrahman Sumenep diterima di Keraton Sumenep, sebab mereka merupakan ipa dan mertuanya sendiri.

Selanjutnya R. Aria Saleh Nataadiningrat, diganti namanya menjadi R. Tumenggung Pringgalaya dan diangkat sebagai Patih Mangkubumi di Sumenep. Pengangkatan itu berdasarkan pengalamannya memimpin pemerintahan, mulai dari menjadi Adipati Probolinggo sampai Adipati Lasem.

Dan memang ada kebiasaan Sulatan Abdurrahman Pakunataningrat Sumenep, sejak bujang sampai menjadi Adipati Sumenep, selalu keluar daerah untuk menambah ilmu pengetahuannya.

Kini, ketika bepergian pemerintahannya diserahkan sepenuhnya kepada R. Tumenggung Pringgalaya, jadi selama sultan Sumenep tidak berada di Sumenep, maka roda Pemerintahan dijalankan oleh Patih R. Tumenggung Pringgalaya.

Sultan Abdurrachman Sumenep banyak berusaha untuk meningkatkan kemakmuran rakyat Sumenep. Ini dapat dibuktikan pada saat itu, banyak rakyat mulai membangun rumah yang permanen dari batu bata.

Halaman:

Editor: Moh. Bisri

Sumber: Buku Sejarah Sumenep

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kumpulan Pantun Madura Zaman Kuno Terbaru

Senin, 28 November 2022 | 12:18 WIB

Terpopuler

X