PMII, Hadiah Besar dari Tuhan

- Jumat, 2 Desember 2022 | 06:30 WIB
PMII, Hadiah Besar dari Tuhan (foto PojokMadura/Moh.Bisri)
PMII, Hadiah Besar dari Tuhan (foto PojokMadura/Moh.Bisri)

Oleh: Bisrie_Gie

Menjadi PMII adalah kebahagiaan setiap mahasiswa. Di kampus, sebutan yunior dan senior seolah menemukan keluarga baru. Keluarga yang sebelumnya tak terduga datang menjadi anugerah dan memberi banyak arti.

Namanya keluarga, sesama kader PMII dalam berbagai level saling memberi dan menerima nasehat, saran, dan bahkan tindakan yang lebih dalam lagi, yaitu ikut ambil bagian dalam hal keperluan, kepentingan satu sama lain.

Ikatan emosional sesama kader PMII telah menumbuhkan rasa senasib sepenanggungan. Ringkasnya, jika ada yang bernasib baik, maka ikut menanggung kader yang lain agar bernasib baik pula. Kira-kira begitulah seterusnya.

Baca Juga: Ini Dia 7 Elemen Hari Lahirmu yang Menunjukkan Sifat dan Karakter, Cek Selengkapnya!

Selain kebahagiaan, ada kebanggaan. Bangga, sebagai kader, identitas diri mendapat pengakuan saheh menjadi bagian penggerak perubahan, dalam istilah sehari-hari yang dipakai para aktivis: agent of social change. Tanggung jawab ini yang menyempurnakan kesalehan kita, yakni kesalehan sosial, selain kesalehan individual.

Kesalehan itulah yang menjadikan kader PMII menjelma primadona, menjadi dambaan masyarakat kampus dalam menemukan jalan keluar setiap ada masalah. Baik masalah yang berkaitan dengan pendidikan, sosial, dan masalah lainnya yang dialami warga kampus, bahkan masyarakat umum sebagai warga negara.

Meski diakui, kader PMII kadang gemar membuat masalah. Tapi biasanya, lebih pada eksperimentasi, coba-coba menguji diri sejauh mana kemantapan kader dalam mengamalkan teori manajemen konflik di ruang terbuka.

Dari itulah kemudian, kader PMII senantiasa dianggap cakap, kompeten dalam banyak hal. Maka tidaklah mengherankan, jika kader PMII selalu di barisan paling depan mengawal harapan-harapan utamanya harapan masyarakat kampus. Sebab, mundur satu langkah adalah bentuk penghiatan.

Mungkin realitas ini yang membangkitkan moral para kader untuk terus belajar dan belajar. Sebab belajar adalah tanggung jawab moral kader dalam membawa almamater pergerakan. Dengan begitu, alasan bahwa eksistensi PMII berarti survivenya tiap diri individu kader adalah kebenaran yang mutlak.

Mengenal PMII bagi saya sangat menggairahkan. Gairah yang lahir dari embrio harapan masa depan. Masa yang dicontohkan para pendahulu. Di sini, dalam sejarah pengabdian tentu tidak lain adalah proses yang nyata memperbaiki kualitas keilmuan, kualitas kepemimpinan, kualitas jejaring untuk memantapkan masa-masa yang akan datang, masa depan.

Bersyukur, saya pernah menjadi bagian dari proses itu karena dikenalkan oleh para senior. Layaknya orang tua, di PMII, senior tidak hanya menjadi mentor tapi lebih dari ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani-nya Ki Hajar Dewantara. Ia laksana Dewa Ganesa yang memberi kebijaksanaan dan membekali pengetahuan untuk kebaikan seluruh kader.***

Editor: Moh. Bisri

Tags

Terkini

PMII, Hadiah Besar dari Tuhan

Jumat, 2 Desember 2022 | 06:30 WIB

Hijrah Iblis: Cara Terbalik Membaca Hijrah

Minggu, 27 November 2022 | 14:50 WIB

HALO PEREMPUAN: Indah Tubuhmu, Malang Nasibmu

Jumat, 25 November 2022 | 06:30 WIB

Terpopuler

X