PojokMadura - Puluhan selebaran sudah disebarkan Syiah untuk melawan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Entah mau berapa pamfiet lagi atau fotokopi apa yang lan akan dibag-bagikan secara cuma-cuma di tengah jama'ah ini.
Semua tahu, untuk meluruskan tafsir kebencian atas Ahlus Sunnah Wal Jamaah ini, adalah tak lebih dari pengulangan dari kitab-kitab Syiah dulu-dulu itu tak ada yang baru, dan yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Rata-rata pernyataannya cuma melihat persoalan dengan “kacamata kuda”.
Fanatisme buta yang mereka yakini tak lebih adalah berupa tafsir kebencian Syiah atas Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Terlalu banyak dalam tulisan yang terbatas ini.
Baca Juga: PMII, Hadiah Besar dari Tuhan
Untuk merinci pemelintiran Syiah yang dikutip kembali oleh Syiah dan rupanya tak bisa tidur nyenyak jika tak melumatkan dendamnya yang membara, melihat kekompakan Ahlus Sunnah Wal Jamaah di sini. Tafsir tentang “imamah" dan “ahlul bait" begitu dimonopoli seolah-olah agama ini turun untuk mengatur mereka.
Kata "imam" misalnya diartikan pada konsep keimaman Syi'ah sendiri, justru tidak difahami akar kata “imam" (dari kata amam maknanya depan) yang berarti keteladanan.
Oleh karena itu dalam talgin ma Imamuka, jelas jawabnya adalah al- Quran sebagai keteladanan utama. Sayyidah “Aisyah r.a. tatkala ditanya bagaimana aldiak Rasulullah SAW, dijawabnya “Akhlak Nabi adalah al-Quran!", karena itu adalah imam umat Islam. Jadi tak diragukan lagi Quran adalah imam — yang membimbing umat. Dan masih banyak lagi pengulangan tuduhan yang terlalu panjang untuk disanggah.
Hadis Ghadir Khum adalah hadis Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang berhak menafsirkan adalah Sunni. Jika Syiah memaksakan penafsiran hadis-hadis Ahlus Sunnah, maka yang terjadi adalah penafsiran kebencian yang dipenuhi dengan pemelintiran untuk kepentingan penguatan sikap, sama sekali tidak dilandasi kejujuran ilmiah dan semangat mencan kebenaran berdasarkan al- Quran dan as-Sunnah.
Mana yang benar di antara Syiah dan Ahlus Sunnah Wal Jamaah ini. Yang harus kita tuntut hanya satu: kejujuran ilmiah, dan kita menggugat para penyebar fitnah atas Ahlus Sunnah wal Jama'ah untuk mempertanggung-jawabkan penafsiran minng itu di depan umat.***
Artikel Terkait
HALO PEREMPUAN: Indah Tubuhmu, Malang Nasibmu
Langit Merah Keta Sadeng: Pertempuran Garis Depan Majapahit vs Sadeng
Hijrah Iblis: Cara Terbalik Membaca Hijrah